Jumat, 05 April 2013

Perubahan: Rahasia Kebahagiaan Seorang Guru

Seorang pria mendatangi seorang Guru.
Katanya : “Guru, saya sudah bosan hidup.
Benar-benar jenuh. Rumah tangga saya
berantakan.. Usaha saya kacau. Apapun
yang saya lakukan selalu gagal. Saya ingin
mati”.. Sang Guru tersenyum : “Oh, kamu
sakit”. Jawabnya: “Tidak Guru, saya tidak
sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan
kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati”.
Seolah-olah tidak mendengar
pembelaannya, sang Guru meneruskan :
“Kamu sakit. Penyakitmu itu bernama
“Alergi Hidup”. Ya, kamu alergi terhadap
kehidupan. Banyak sekali di antara kita
yang alergi terhadap kehidupan.
Kemudian, tanpa disadari kita melakukan
hal-hal yangbertentangan dengan norma
kehidupan.
Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan
ini mengalir terus, tetapi kita
menginginkan keadaan status-quo. Kita
berhenti di tempat, kita tidak ikut
mengalir. Itu sebabnya
kita jatuh sakit. Kita mengundang
penyakit. Penolakan kita untuk ikut
mengalir bersama kehidupan membuat
kita sakit.
Usaha pasti ada pasang-surutnya. Dalam
berumah-tangga, pertengkaran kecil itu
memang wajar. Persahabatan pun tidak
selalu langgeng.
Apa sih yang abadi dalam hidup ini? Kita
tidak menyadari sifat kehidupan. Kita
ingin mempertahankan suatu keadaan.
Kemudian kita gagal, kecewa dan
menderita”.
“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal
kamu benar-benar bertekad ingin sembuh
dan bersedia mengikuti petunjukku”, kata
sang Guru. “Tidak Guru, tidak. Saya sudah
betul-betul jenuh.. Tidak, saya tidak ingin
hidup lebih lama lagi”, pria itu menolak
tawaran sang Guru.
Guru bertanya: “Jadi kamu tidak ingin
sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?”.
“Ya, memang saya sudah bosan hidup”,
jawab pria itu lagi. “Baiklah. Kalau begitu
besok sore kamu akan mati. Ambillah
botol obat ini… Malam nanti, minumlah
separuh isi botol ini. Sedangkan separuh
sisanya kau minum besok sore jam enam.
Maka esok jam delapan malam kau akan
mati dengan tenang”. Kini, giliran pria itu
menjadi bingung.
Sebelumnya, semua Guru yang ia datangi
selalu berupaya untuk memberikan
semangat hidup. Namun, Guru yang satu
ini aneh. Alih-alih memberi semangat
hidup, malah menawarkan racun. Tetapi,
karena ia memang sudah betul-betul
jenuh, ia menerimanya dengan senang
hati. Setibanya di rumah, ia langsung
menghabiskan setengah botol racun yang
disebut “obat” oleh sang Guru tadi.
Lalu, ia merasakan ketenangan yang tidak
pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu
rileks, begitu santai ! Tinggal satu malam
dan satu hari ia akan mati. Ia akan
terbebaskan dari segala macam masalah.
Malam itu, ia memutuskan untuk makan
malam bersama keluarga di restoran
Jepang. Sesuatu yang tidak pernah ia
lakukan selama beberapa tahun terakhir.
Ini adalah malam terakhirnya. Ia ingin
meninggalkan kenangan
manis.
Sambil makan, ia bersenda gurau.
Suasananya amat harmonis. Sebelum
tidur, ia mencium istrinya dan berbisik,
“Sayang, aku mencintaimu” . Sekali lagi,
karena malam itu adalah malam terakhir,
ia ingin meninggalkan kenangan manis.
Esoknya, sehabis bangun tidur, ia
membuka jendela kamar dan melihat ke
luar. Tiupan angin pagi menyegarkan
tubuhnya. Dan ia tergoda untuk
melakukan jalan pagi.
Setengah jam kemudian ia kembali ke
rumah, ia menemukan istrinya masih
tertidur. Tanpa membangunkannya, ia
masuk dapur dan membuat dua cangkir
kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk
istrinya. Karena pagi itu adalah pagi
terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan
manis! Sang istripun merasa aneh sekali
dan berkata : “Sayang, apa yang terjadi
hari ini ? Selama ini, mungkin aku salah.
Maafkan aku sayang”.
Di kantor, ia menyapa setiap orang,
bersalaman dengan setiap orang. Stafnya
pun bingung, “Hari ini, Bos kita kok aneh
ya ?” Dan sikap mereka pun langsung
berubah.
Mereka pun menjadi lembut. Karena siang
itu adalah siang terakhir, ia ingin
meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba,
segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia
menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan
menghargai terhadap pendapat-
pendapat yang berbeda.
Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai
menikmatinya. Pulang ke rumah jam 5
sore, ia menemukan istri tercinta
menungguinya di beranda depan. Kali ini
justru sang istri yang memberikan ciuman
kepadanya sambil berkata : “Sayang,
sekali lagi aku minta maaf, kalau selama
ini aku selalu merepotkan kamu”. Anak-
anak pun tidak ingin ketinggalan : “Ayah,
maafkan kami semua. Selama ini, ayah
selalu tertekan karena perilaku kami”.
Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir
kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat
indah. Ia mengurungkan niatnya untuk
bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan
setengah botol yang sudah ia minum, sore
sebelumnya ? Ia mendatangi sang Guru
lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang
Guru langsung mengetahui apa yang telah
terjadi dan berkata : “Buang saja botol
itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh”.
Apabila kau hidup dalam kekinian, apabila
kau hidup dengan kesadaran bahwa maut
dapat menjemputmu kapan saja, maka
kau akan menikmati setiap detik
kehidupan. Leburkan egomu,
keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah
lembut, selembut air. Dan mengalirlah
bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan
jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa
hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah
kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju
ketenangan”.
Pria itu mengucapkan terima kasih dan
menyalami Sang Guru, lalu pulang ke
rumah, untuk mengulangi pengalaman
malam sebelumnya. Konon, ia masih
mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup
dalam kekinian. Itulah sebabnya, ia selalu
bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!
Thank you for your attention... Semoga
bisa be the right man in the right place
dan be the angel of the changes :) I see
you, I support you.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates