Jumat, 05 April 2013

Paradigma: Catatan Harian Seorang Pramugari

Saya adalah seorang pramugari biasa dari
China Airline, karena bergabung dengan
perusahaan penerbangan hanya beberapa
tahun dan tidak mempunyai pengalaman
yang mengesankan, setiap hari hanya
melayani penumpang dan melakukan
pekerjaan yang monoton.
Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya
menjumpai suatu pengalaman yang
membuat perubahan pandangan saya
terhadap pekerjaan maupun hidup saya.
Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari
Shanghai menuju Peking, penumpang
sangat penuh pada hari ini.
Diantara penumpang saya melihat seorang
kakek dari desa, merangkul sebuah
karung tua dan terlihat jelas sekali gaya
desanya, pada saat itu saya yang berdiri
dipintu pesawat menyambut penumpang
kesan pertama dari pikiran saya ialah
zaman sekarang sungguh sudah maju
seorang dari desa sudah mempunyai uang
untuk naik pesawat.
Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai
menyajikan minuman, ketika melewati
baris ke 20, saya melihat kembali kakek
tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan
kaku ditempat duduknya dengan
memangku karung tua bagaikan patung.
Kami menanyakannya mau minum apa,
dengan terkejut dia melambaikan tangan
menolak, kami hendak membantunya
meletakan karung tua diatas bagasi
tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu
kami membiarkannya duduk dengan
tenang, menjelang pembagian makanan
kami melihat dia duduk dengan tegang
ditempat duduknya, kami menawarkan
makanan juga ditolak olehnya.
Akhirnya kepala pramugari dengan akrab
bertanya kepadanya apakah dia sakit,
dengan suara kecil dia mejawab bahwa dia
hendak ke toilet tetapi dia takut apakah
dipesawat boleh bergerak sembarangan,
takut merusak barang didalam pesawat.
Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia
boleh bergerak sesuka hatinya dan
menyuruh seorang pramugara mengantar
dia ke toilet, pada saat menyajikan
minuman yang kedua kali, kami melihat
dia melirik ke penumpang disebelahnya
dan menelan ludah, dengan tidak
menanyakannya kami meletakan segelas
minuman teh dimeja dia, ternyata gerakan
kami mengejutkannya, dengan terkejut
dia mengatakan tidak usah, tidak usah,
kami mengatakan engkau sudah haus
minumlah, pada saat ini dengan spontan
dari sakunya dikeluarkan segenggam uang
logam yang disodorkan kepada kami, kami
menjelaskan kepadanya minumannya
gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia
dalam perjalanan menuju bandara, merasa
haus dan meminta air kepada penjual
makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni
malah diusir.
Pada saat itu kami mengetahui demi
menghemat biaya perjalanan dari desa dia
berjalan kaki sampai mendekati bandara
baru naik mobil, karena uang yang dibawa
sangat sedikit, hanya dapat meminta
minunam kepada penjual makanan
dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak
dan dianggap sebagai pengemis. Setelah
kami membujuk dia terakhir dia percaya
dan duduk dengan tenang meminum
secangkir teh, kami menawarkan makanan
tetapi ditolak olehnya.
Dia menceritakan bahwa dia mempunyai
dua orang putra yang sangat baik, putra
sulung sudah bekerja di kota dan yang
bungsu sedang kuliah ditingkat tiga di
Peking. anak sulung yang bekerja di kota
menjemput kedua orang tuanya untuk
tinggal bersama di kota tetapi kedua
orang tua tersebut tidak biasa tinggal
dikota akhirnya pindah kembali ke desa,
sekali ini orang tua tersebut hendak
menjenguk putra bungsunya di Peking,
anak sulungnya tidak tega orang tua
tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga
membeli tiket pesawat dan menawarkan
menemani bapaknya bersama-sama ke
Peking, tetapi ditolak olehnya karena
dianggap terlalu boros dan tiket pesawat
sangat mahal dia bersikeras dapat pergi
sendiri akhirnya dengan terpaksa disetujui
anaknya.
Dengan merangkul sekarung penuh ubi
kering yang disukai anak bungsunya,
ketika melewati pemeriksaan keamanan
dibandara, dia disuruh menitipkan karung
tersebut ditempat bagasi tetapi dia
bersikeras membawa sendiri, katanya jika
ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan
hancur dan anaknya tidak suka makan ubi
yang sudah hancur, akhirnya kami
membujuknya meletakan karung tersebut
di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia
bersedia dengan hati-hati dia meletakan
karung tersebut.
Saat dalam penerbangan kami terus
menambah minuman untuknya, dia selalu
membalas dengan ucapan terima kasih
yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau
makan, meskipun kami mengetahui
sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat
pesawat hendak mendarat dengan suara
kecil dia menanyakan saya apakah ada
kantongan kecil? dan meminta saya
meletakan makanannya di kantong
tersebut. Dia mengatakan bahwa dia
belum pernah melihat makanan yang
begitu enak, dia ingin membawa makanan
tersebut untuk anaknya, kami semua
sangat kaget.
Menurut kami yang setiap hari melihat
makanan yang begitu biasa dimata
seorang desa menjadi begitu berharga.
Dengan menahan lapar disisihkan
makanan tersebut demi anaknya, dengan
terharu kami mengumpulkan makanan
yang masih tersisa yang belum kami
bagikan kepada penumpang ditaruh
didalam suatu kantongan yang akan kami
berikan kepada kakek tersebut, tetapi
diluar dugaan dia menolak pemberian
kami, dia hanya menghendaki bagian dia
yang belum dimakan tidak menghendaki
yang bukan miliknya sendiri, perbuatan
yang tulus tersebut benar-benar
membuat saya terharu dan menjadi
pelajaran berharga bagi saya.
Sebenarnya kami menganggap semua hal
tersebut sudah berlalu, tetapi siapa
menduga pada saat semua penumpang
sudah turun dari pesawat, dia yang
terakhir berada di pesawat. Kami
membantunya keluar dari pintu pesawat,
sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal
yang sangat tidak bisa saya lupakan
seumur hidup saya, yaitu dia berlutut dan
menyembah kami, mengucapkan terima
kasih dengan bertubi-tubi, dia
mengatakan bahwa kami semua adalah
orang yang paling baik yang dijumpai,
kami di desa hanya makan sehari sekali
dan tidak pernah meminum air yang
begitu manis dan makanan yang begitu
enak, hari ini kalian tidak memandang
hina terhadap saya dan meladeni saya
dengan sangat baik, saya tidak tahu
bagaimana mengucapkan terima kasih
kepada kalian.
Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian,
dengan menyembah dan menangis dia
mengucapkan perkataannya. Kami semua
dengan terharu memapahnya dan
menyuruh seseorang anggota yang
bekerja dilapangan membantunya keluar
dari lapangan terbang.
Selama 5 tahun bekerja sebagai
pramugari, beragam-ragam penumpang
sudah saya jumpai, yang banyak tingkah,
yang cerewet dan lain-lain, tetapi belum
pernah menjumpai orang yang
menyembah kami, kami hanya
menjalankan tugas kami dengan rutin dan
tidak ada keistimewaan yang kami
berikan, hanya menyajikan minuman dan
makanan, tetapi kakek tua yang berumur
70 tahun tersebut sampai menyembah
kami mengucapkan terima kasih, sambil
merangkul karung tua yang berisi ubi
kering dan menahan lapar menyisihkan
makanannya untuk anak tercinta, dan
tidak bersedia menerima makanan yang
bukan bagiannya, perbuatan tersebut
membuat saya sangat terharu dan
menjadi pengalaman yang sangat berharga
buat saya dimasa datang yaitu jangan
memandang orang dari penampilan luar
tetapi harus tetap menghargai setiap
orang dan mensyukuri apa yang kita
dapat.
So, semoga lewat refleksi hari ini kalian
bisa lebih memberi hati terhadap orang-
orang yang kelihatannya gak ada apa-
apa... God Bless u.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates