Jumat, 05 April 2013

Perjuangan: Ada Tetesan Setelah Tetesan Terakhir

“Jika yang kita hadapi adalah masalah
hidup dan mati, kita akan melakukannya
bukan hanya sampai titik keringat terakhir,
tetapi sampai titik darah penghabisan.”
Xavier Quentin Pranata -
Pasar malam dibuka di sebuah kota.
Warga kota menyambutnya dengan
gembira. Berbagai macam permainan,
stand makanan dan pertunjukan diadakan.
Salah satu yang paling istimewa adalah
atraksi manusia kuat. Begitu banyak orang
setiap malam menyaksikan unjuk
kekuatan otot manusia kuat ini. Manusia
kuat ini mampu melengkungkan baja tebal
hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya
dapat menghancurkan batu bata tebal
hingga berkeping-keping. Ia mengalahkan
semua pria di kota itu dalam lomba
panco. Namun setiap kali menutup
pertunjukkannya ia hanya memeras
sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia
memeras jeruk tersebut hingga ke tetes
terakhir. ‘Hingga tetes terakhir', pikirnya.
Manusia kuat lalu menantang para
penonton, "Hadiah yang besar kami
sediakan kepada barang siapa yang bisa
memeras hingga keluar satu tetes saja air
jeruk dari buah jeruk ini!" Kemudian
naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis
ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia
memeras dan memeras... dan menekan
sisa jeruk... Tetapi, tak setetespun air
jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk
itu sudah terperas habis. Ia gagal.
Beberapa pria kuat lainnya turut
mencoba, tapi tak ada yang berhasil.
Manusia kuat itu tersenyum-senyum
sambil berkata, "Aku berikan satu
kesempatan terakhir, siapa yang mau
mencoba?"
Seorang wanita kurus setengah baya
mengacungkan tangan dan meminta agar
ia boleh mencoba. "Tentu saja boleh,
Nyonya. Mari naik ke panggung." Walau
dibayangi rasa geli di hatinya, manusia
kuat itu membimbing wanita itu naik ke
atas pentas. Beberapa orang tergelak-
gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat
lainnya saja gagal meneteskan setetes air
dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus
tua ini. Itulah yang ada di pikiran
penonton.
Wanita itu lalu mengambil jeruk dan
menggenggamnya. Semakin banyak
penonton yang menertawakannya. Lalu
wanita itu mencoba memegang sisa jeruk
itu dengan penuh konsentrasi. Ia
memegang sebelah pinggirnya,
mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah,
demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk
yang lain. Ia terus menekan serta memijit
jeruk itu, hingga akhirnya memeras... dan
"Ting!" setetes air jeruk muncul terperas
dan jatuh di atas meja panggung.
Penonton terdiam terperangah. Lalu
cemoohan segera berubah menjadi tepuk
tangan riuh.
Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus
itu, katanya, "Nyonya, aku sudah
melakukan pertunjukkan semacam ini
ratusan kali. Dan, banyak orang pernah
mencobanya agar bisa membawa pulang
hadiah uang yang aku tawarkan, tapi
mereka semua gagal. Hanya Anda satu-
satunya yang berhasil memenangkan
hadiah itu. Boleh aku tahu, bagaimana
Anda bisa melakukan hal itu?"
"Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah
seorang janda yang ditinggal mati
suamiku. Aku harus bekerja keras untuk
mencari nafkah bagi hidup kelima anakku.
Jika engkau memiliki tanggungan beban
seperti itu, engkau akan mengetahui
bahwa selalu ada tetesan air walau itu di
padang gurun sekalipun. Engkau juga akan
mengetahui jalan untuk menemukan
tetesan itu. Jika hanya memeras setetes
air jeruk dari ampas yang engkau buat,
bukanlah hal yang sulit bagiku. Selalu ada
tetesan setelah tetesan terakhir. Aku
telah ratusan kali mengalami jalan buntu
untuk semua masalah serta kebutuhan
yang keluargaku perlukan. Namun hingga
saat ini aku selalu menerima tetes berkat
untuk hidup keluargaku. Aku percaya
Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan
berkat-Nya tidak pernah kering walau
mata jasmaniku melihat semuanya telah
kering. Aku punya alasan untuk menerima
jalan keluar dari masalahku. Saat aku
mencari, aku menerimanya karena ada
Pribadi yang mengasihiku. Bila Anda
memiliki alasan yang cukup kuat, Anda
akan menemukan jalannya," demikian
kata wanita itu bijak.
Untuk Dipelajari: Jangan lakukan
setengah2 untuk hal yang prioritas,
lakukan dengan sepenuh hati dan sampai
titik darah penghabisan + don't judge
book by its cover... GBU all :)
Sumber: Buku '100 Touching Stories' oleh
Xavier Quentin Pranat

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates