Selasa, 02 April 2013

Kasih : Seorang Anak yang Menyentuh Hati

Saya sedang berjalan-jalan di Toko Target
ketika saya melihat seorang kasir
memberikan kepada anak laki-laki ini
uang nya kembali. Anak laki-laki ini
mungkin tidak lebih dari 5 atau 6 tahun
umurnya. Kasir itu berkata, "Maaf, tapi
Anda tidak punya uang cukup untuk
membeli boneka ini".
Kemudian anak laki-laki ini menoleh ke
wanita tua disebelahnya. "Nenek, apakah
nenek yakin saya tidak punya cukup
uang?" Wanita tua itu menjawab, "Kamu
tahu kalau kamu sebenarnya tidak punya
cukup uang untuk membeli boneka ini,
sayangku". Kemudian wanita tua itu
berkata kepada anak kecil itu untuk
tinggal di sana 5 menit karena dia mau
melihat-lihat. Dia berjalan dengan cepat
ke bagian lain di toko.
Anak lelaki ini masih memegang boneka
itu di tangannya. Akhirnya, saya berjalan
menuju dia dan bertanya kepadanya
kepada siapa dia akan memberikan
boneka ini "Boneka ini adalah boneka
yang paling disayangi oleh adik saya dan
dia ingin sekali ini sebagai hadiah natal.
Dia yakin bahwa Sinter Klas akan
memberikan ini kepadanya"
Saya menjawab kepadanya mungkin Sinter
Klas akan tetap memberikan kepadanya
dan jangan kuatir. Tetapi dia menjawab
kepada saya. "Tidak, Sinter Klas tidak
dapat membawa ini kepada dia dimana
dia sekarang berada. Saya harus
memberikan boneka ini kepada ibu saya
supaya dia dapat memberikannya kepada
adik saya ketika dia pergi ke sana."
Matanya sangat sedih ketika dia
mengatakan hal ini. "Adik saya telah pergi
dan bersama dengan Tuhan sekarang.
Ayah saya berkata ibu juga segera akan
bertemu dengan Tuhan, maka saya
berpikir dia dapat membawa boneka ini
dan memberikannya kepada adik saya."
Jantung saya hampir berhenti berdetak.
Anak lelaki itu melihat saya dan berkata:
"Saya berkata kepada ayah untuk
menyuruh ibu untuk tidak pergi dulu.
Saya ingin dia menanti sampai saya
kembali dari mal."
Kemudian dia menunjukkan foto dia yang
bagus dan sedang tertawa. Dia berkata
kepada saya, "Saya ingin ibu membawa
foto ini bersamanya supaya dia tidak
melupakan saya. Saya mencintai ibu saya
dan saya berharap dia tidak meninggalkan
saya tetapi ayah berkata dia harus pergi
untuk bersama dengan adik perempuan
saya."
Kemudian dia melihat boneka itu dengan
mata yang sedih, dan pelan. Saya
secepatnya meraih dompet saya dan
berkata kepada anak lelaki itu. "Coba kita
lihat lagi, mungkin kamu memang punya
uang yang cukup untuk membeli boneka
itu?"
"Baik", katanya, "Saya berharap saya
punya uang yang cukup". Saya
menambahkan uang saya tanpa
sepengetahuannya dan kami mulai
menghitung uangnya. Ada cukup uang
untuk boneka dan bahkan ada
kelebihannya. Anak lelaki itu berkata:
"Terima kasih Tuhan untuk memberikan
saya uang yang cukup!"
Kemudian dia melihat saya dan
menambahkan, "Saya meminta kepada
Tuhan kemarin malam sebelum saya tidur
untuk memastikan saya punya uang yang
cukup untuk membeli boneka ini, supaya
ibu saya dapat memberikannya kepada
adik saya. Dia mendengarkan saya! Saya
juga meminta untuk uang yang cukup
untuk membeli mawar putih untuk ibu
saya, tetapi saya tidak berani meminta
kepada Tuhan terlalu banyak. Tetapi dia
memberikan saya uang cukup untuk
membeli boneka dan mawar putih. Ibu
saya sangat suka mawar putih"
Beberapa menit kemudian, wanita tua itu
kembali dan saya pergi dengan keranjang
belanjaan saya. Saya menyelesaikan
belanja saya dengan suasana hati yang
berbeda dari ketika saya datang. Saya
tidak dapat menyingkirkan anak lelaki itu
dari otak saya. Kemudian saya teringat
akan artikel di surat kabar lokal dua hari
yang lalu, yang menulis tentang pemabuk
yang mengendarai truk, yang kemudian
menabrak mobil yang dikendarai seorang
wanita muda dan seorang anak kecil
perempuan. Anak perempuan itu
meninggal seketika, dan ibunya dalam
keadaan yang sangat kritis. Keluarganya
harus memutuskan untuk menarik mesin
penopang kehidupannya, karena wanita
muda ini tidak akan dapat kembali dari
komanya. Apakah ini keluarga dari anak
lelaki ini?
Dua hari setelah pertemuan saya dengan
anak lelaki ini, saya membaca di surat
kabar bahwa wanita tersebut telah
meninggal dunia. Saya tidak dapat
menahan diri saya, saya membeli
serangkaian bunga mawar putih dan pergi
ke rumah duka dimana jenazah wanita
muda tersebut disemayamkan supaya
orang dapat melihat dan memberikan
salam terakhir sebelum dikuburkan. Dia
berada di dalam peti, memegang
sekuntum mawar putih yang cantik di
tangannya dan foto dari anak lelaki dan
boneka di dadanya.
Saya meninggalkan tempat itu dengan
mata berkaca-kaca, merasa bahwa
kehidupan saya telah diubahkan untuk
selamanya. Kasih dari seorang anak lelaki
untuk ibunya dan adik perempuannya
sampai hari ini masih sulit untuk
dibayangkan. Dan dalam waktu sedetik,
seorang pengendara yang mabuk telah
mengambil semua ini dari dirinya.
Marilah kita berhati-hati saat di jalanan
dan janganlah lupa untuk menunjukkan
kasih dan kepedulian pada orang-orang
yang ada di sekitar kita.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates