Senin, 25 Februari 2013

Negara dengan Kualitas Pendidikan Terbaik di dunia

Tahukah Anda negara mana yang kualitas
pendidikannya menduduki peringkat
pertama di dunia?
Finlandia. Negara dengan ibukota
Helsinki (tempat ditandatanganinya
perjanjian damai antara RI dengan GAM)
ini memang begitu luar biasa. Peringkat 1
dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan
hasil survei internasional yang
komprehensif pada tahun 2003 oleh
Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD). Tes tersebut
dikenal dengan nama PISA (Programme
for International Student Assesment)
mengukur kemampuan siswa di bidang
Sains, Membaca, dan juga Matematika.
Finlandia
Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul
secara akademis tapi juga menunjukkan
unggul dalam pendidikan anak-anak lemah
mental.
Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat
semua siswanya cerdas. Lantas apa
kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top
No 1 dunia?
Dalam masalah anggaran pendidikan
Finlandia memang sedikit lebih tinggi
dibandingkan rata-rata negara di Eropa
tapi masih kalah dengan beberapa negara
lainnya. Finlandia tidaklah menggenjot
siswanya dengan menambah jam-jam
belajar, memberi beban PR tambahan,
menerapkan disiplin tentara, atau
memborbardir siswa dengan berbagai tes.
Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai
sekolah pada usia yang agak lambat
dibandingkan dengan negara-negara lain,
yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah
mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30
jam perminggu. Bandingkan dengan
Korea, ranking kedua setelah Finlandia,
yang siswanya menghabiskan 50 jam
perminggu.
Apa gerangan kuncinya?
Ternyata kuncinya terletak pada kualitas
guru. Di Finlandia hanya ada guru-guru
dengan kualitas terbaik dengan pelatihan
terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah
profesi yang sangat dihargai, meski gaji
mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah
menengah terbaik biasanya justru
mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-
sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7
pelamar yang bisa diterima.
Persaingannya lebih ketat daripada masuk
ke fakultas hukum atau kedokteran!
Jika negara-negara lain percaya bahwa
ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan
bagian yang sangat penting bagi kualitas
pendidikan, Finlandia justru percaya
bahwa ujian dan testing itulah yang
menghancurkan tujuan belajar siswa.
Terlalu banyak testing membuat kita
cenderung mengajarkan kepada siswa
untuk semata lolos dari ujian, ungkap
seorang guru di Finlandia.
Pada usia 18 th siswa mengambil ujian
untuk mengetahui kualifikasi mereka di
perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan
melanjutkan ke perguruan tinggi.
Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya
sendiri, bahkan sejak Pra-TK!
Ini membantu siswa belajar
bertanggungjawab atas pekerjaan mereka
sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di
SD Poikkilaakso, Finlandia.
Siswa didorong untuk bekerja secara
independen dengan berusaha mencari
sendiri informasi yang mereka butuhkan.
Suasana sekolah sangat santai dan
fleksibel. Adanya terlalu banyak komando
hanya akan menghasilkan rasa tertekan,
dan mengakibatkan suasana belajar
menjadi tidak menyenangkan.
Kelompok siswa yang lambat mendapat
dukungan intensif. Hal ini juga yang
membuat Finlandia sukses.
Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-
sekolah di Finlandia sangat kecil
perbedaan antara siswa yang berprestasi
baik dan yang buruk dan merupakan yang
terbaik menurut OECD. Remedial tidaklah
dianggap sebagai tanda kegagalan tapi
sebagai kesempatan untuk memperbaiki.
Seorang guru yang bertugas menangani
masalah belajar dan prilaku siswa
membuat program individual bagi setiap
siswa dengan penekanan tujuan-tujuan
yang harus dicapai, umpamanya: Pertama,
masuk kelas; kemudian datang tepat
waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau
mendapat PR siswa bahkan tidak perlu
untuk menjawab dengan benar, yang
penting mereka berusaha.
Para guru sangat menghindari kritik
terhadap pekerjaan siswa mereka.
Menurut mereka, jika kita mengatakan
“Kamu salah” pada siswa, maka hal
tersebut akan membuat siswa malu. Dan
jika mereka malu maka ini akan
menghambat mereka dalam belajar.
Setiap siswa diperbolehkan melakukan
kesalahan. Mereka hanya diminta
membandingkan hasil mereka dengan
nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa
lainnya.
Setiap siswa diharapkan agar bangga
terhadap dirinya masing-masing. Ranking
hanya membuat guru memfokuskan diri
pada segelintir siswa tertentu yang
dianggap terbaik di kelasnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates