Minggu, 18 November 2012

Kisah 25 Nabi dan Rasul - Nabi Yunus AS -

baiklah kali ini kita akan membahas
mengenai kisah Nabi Yunus AS
pada zaman rasul dulu. nah moga
bermanfaat ya, ni kisah dari nabi and
rasul kita yunus AS..
Beliau adalah Nabi yang mulia yang
bemama Yunus bin Mata. Nabi
Muhammad saw berkata: "Janganlah
kalian membanding-bandingkan aku
atas Yunus bin Mata."
Mereka menamakannya Yunus, Dzun
Nun, dan Yunan. Beliau adalah
seorang Nabi yang mulia yang diutus
oleh Allah SWT kepada kaumnya.
Beliau menasihati mereka dan
membimbing mereka ke jalan
kebenaran dan kebaikan; beliau
mengingatkan mereka akan
kedahsyatan hari kiamat dan
menakut-nakuti mereka dengan
neraka dan mengiming-imingi
mereka dengan surga; beliau
memerintahkan mereka dengan
kebaikan dan mengajak mereka
hanya menyembah kepada Allah
SWT.
Nabi Yunus senantiasa menasihati
kaumnya namun tidak ada seorang
pun yang beriman di antara mereka.
Datanglah suatu hari kepada Nabi
Yunus di mana beliau merasakan
keputusasaan dari kaumnya. Hatinya
dipenuhi dengan perasaan marah
pada mereka namun mereka tidak
beriman. Kemudian beliau keluar
dalam keadaan marah dan
menetapkan untuk meninggalkan
mereka. Allah SWT menceritakan hal
itu dalam firman-Nya:
"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun
(Yunus), ketika ia pergi dalam
keadaan marah, lalu ia menyangka
bahwa Kami tidak akan
mempersempitnya (menyulitkannya)
maka ia menyeru dalam keadaan
yang sangat gelap: 'Bahwa tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah)
selain Engkau. Maha Suci Engkau,
sesungguhnya aku termasuk orang-
orang yang lalim.'" (QS. al-Anbiya':
87)
Tidak ada seorang pun yang
mengetahui gejolak perasaan dalam
diri Nabi Yunus selain Allah SWT.
Nabi Yunus tampak terpukul dan
marah pada kaumnya. Dalam
keadaan demikian, beliau
meninggalkan kaumnya. Beliau pergi
ke tepi laut dan menaiki perahu yang
dapat memindahkannya ke tempat
yang lain. Allah SWT belum
mengeluarkan keputusan-Nya untuk
meninggalkan kaumnya atau
bersikap putus asa dari kaumnya.
Yunus mengira bahwa Allah SWT
tidak mungkin menurunkan
hukuman kepadanya karena ia
meninggalkan kaumnya. Saat itu
Nabi Yunus seakan-akan lupa bahwa
seorang nabi diperintah hanya untuk
berdakwah di jalan Allah SWT.
Namun keberhasilan atau tidak
keberhasilan dakwah tidak menjadi
tanggungjawabnya. Jadi, tugasnya
hanya berdakwah di jalan Allah SWT
dan menyerahkan sepenuhnya
masalah keberhasilan atau
ketidakberhasilannya terhadap Allah
SWT semata.
Terdapat perahu yang berlabuh di
pelabuhan kecil. Saat itu matahari
tampak akan tenggelam. Ombak
memukul tepi pantai dan
memecahkan batu-batuan. Nabi
Yunus melihat ikan kecil sedang
berusaha untuk melawan ombak
namun ia tidak mengetahui apa yang
dilakukan. Tiba-tiba datanglah
ombak besar yang memukul ikan itu
dan menyebabkan ikan itu
berbenturan dengan batu. Melihat
kejadian ini, Nabi Yunus merasakan
kesedihan. Nabi Yunus berkata
dalam dirinya: "Seandainya ikan itu
bersama ikan yang besar barangkali
ia akan selamat. Kemudian Nabi
Yunus mengingat-ingat kembali
keadaannya dan bagaimana beliau
meninggalkan kaumnya. Akhirnya,
kemarahan dan kesedihan beliau
bertambah.
Nabi Yunus pun menaiki perahu
dalam keadaan guncang jiwanya.
Beliau tidak mengetahui bahwa
beliau lari dari ketentuan Allah SWT
menuju ketentuan Allah SWT yang
lain; beliau tidak membawa makanan
dan juga kantong yang berisi bawaan
atau perbekalan, dan tidak ada
seorang pun dari teman-temannya
yang menemaninya; beliau benar-
benar sendirian; beliau
melangkahkan kakinya di atas
permukaan perahu.
Si nahkoda perahu bertanya
kepadanya: "Apa yang engkau
inginkan?" Mendengar pertanyaan
itu, Nabi Yunus pun bangkit: "Saya
ingin untuk bepergian dengan
perahu-perahu kalian. Apakah kita
berlayar dalam waktu yang lama?"
Nabi Yunus menampakkan suara
yang penuh kemarahan, rasa takut,
dan kegelisahan. Nahkoda itu berkata
sambil mengangkat kepalanya: "Kita
akan berlayar meskipun air tampak
sedang pasang." Nabi Yunus berkata
dengan mencoba sabar dan
menyembunyikan kegelisahannya:
"Tidakkah engkau mendahului agar
jangan sampai pasang itu terjadi
wahai tuanku?" Si nahkoda berkata:
"Laut kita biasanya terkena pasang,
maka ia akan segera mereda ketika
melihat seorang musafir yang
mulia." Yunus bertanya: "Aku akan
pergi bersama kalian dan berapa
ongkos perjalanan?" Si nahkoda
menjawab: "Kami tidak menerima
ongkos selain emas." Yunus berkata:
"Tidak jadi masalah."
Nahkoda itu memperhatikan Nabi
Yunus. Ia adalah seorang yang
berpengalaman di mana ia sering
mondar-mandir dari satu pelabuhan
ke pelabuhan yang lain. Seringnya ia
mengunjungi suatu tempat ke tempat
yang lain menjadikannya seorang
lelaki yang mampu menangkap
perasaan manusia. Nahkoda itu
merasakan dan mengetahui bahwa
Nabi Yunus lari dari sesuatu.
Nahkoda itu membayangkan bahwa
Nabi Yunus melakukan suatu
kesalahan tetapi ia tidak berani
untuk mengungkapkan kesalahan
kepada pelakunya kecuali jika
pelakunya seorang yang bangkrut. Ia
meminta kepada Nabi Yunus untuk
membayar ongkos sebanyak tiga kali
lipat dari vang biasa dibayar musafir.
Nabi Yunus saat itu merasakan
kesempitan dalam dadanya dan
diliputi dengan kemarahan yang
keras dan keinginan kuat untuk
meninggalkan negerinya sehingga ia
pun memberikan apa yang diminta
oleh si nahkoda.
Nahkoda itu memperhatikan
kepingan-kepingan emas yang ada di
tangannya dan ia menggigit
sebagaiannya dengan giginya.
Barangkali ia akan menemukan
potongan emas yang palsu namun ia
tidak menemukannya. Nabi Yunus
hanya berdiri menyaksikan semua
itu sementara dadanya tampak
terombang-ambing: terkadang naik
dan terkadang turun laksana ayunan.
Nabi Yunus berkata: "Tuanku
tentukan bagiku kamarku. Aku
tampak letih dan ingin istirahat
sebentar." Si nahkoda berkata:
"Memang itu tampak di raut
wajahmu. Itu kamarmu," sambil ia
menunjuk dengan tangannya.
Kemudian Nabi Yunus
membaringkan diri di atas kasur dan
beliau berusaha untuk tidur tetapi
usahanya itu sia-sia. Adalah gambar
ikan kecil yang hancur berbenturan
dengan batu menyebabkan beliau
tidak dapat tidur dengan tenang.
Nabi Yunus merasakan bahwa atap
kamar akan jatuh menimpa dirinya.
Akhirnya, Nabi Yunus tidur di atas
kasurnya di mana kedua bola
matanya berputar-putar di atas atap
kamar tetapi pandangan-
pandangannya yang gelisah itu tidak
menemukan tempat perlindungan.
Tempat tinggalnya di kamar itu dan
atapnya dan sisi-sisinya tampak
semuanya akan runtuh. Nabi Yunus
pun mulai mengeluh dan berkata:
"Demikian juga hatiku yang
tergantung dalam jiwaku."
Demikianlah, terjadi suatu
pergulatan penderitaan yang hebat
dalam diri Nabi Yunus saat ia
terbaring di atas ranjangnya.
Penderitaan yang keras cukup
memberatkannya sehingga beliau
pun bangkit kembali dari tempat
tidurnya tanpa sebab yang dapat
dipahami. Dan tibalah waktu pasang.
Perahu melemparkan tali-talinya.
Kemudian perahu itu berjalan
sepanjang siang dan ia memecah
airnya dengan tenang, dan angin pun
bertiup padanya dengan sangat
lembut dan baik. Lalu kegelapan
menyelimuti perahu itu dan tiba-tiba
lautan pun berubah. Bertiuplah
angin yang cukup kencang yang
sangat mengerikan yang nyaris
menghancurkan perahu dan
bergolaklah ombak yang cukup
dahsyat laksana orang yang
kehilangan akalnya. Ombak itu
meninggi bagaikan gunung dan
menurun bagaikan lembah.
Mulailah gelombang ombak menyapu
permukaan perahu sehingga para
awak perahu itu pun mulai terkena
air. Dan di belakang perahu itu
terdapat ikan paus yang besar yang
mulai mengintai. Ia membuka
mulutnya. Kemudian terdapat
perintah kepada ikan paus itu untuk
bergerak menuju permukaan laut.
Ikan paus itu menaati perintah dari
Allah SWT dan ia segera menuju
permukaan laut. Ia mulai mengikuti
perahu itu sebagaimana perintah
yang diterimanya. Angin yang keras
tetap bertiup kemudian kepala
perahu mengisyaratkan dengan
tangannya agar beban perahu
dikurangi. Dan angin semakin
bertiup kencang. Sementara itu, Nabi
Yunus merasakan ketakutan. Dalam
tidurnya beliau melihat segala
sesuatu berguncang di kamarnya.
Beliau berusaha berdiri tegak, tetapi
tidak mampu. Kemudian kepala
perahu berteriak dan berkata:
"Sungguh angin kencang bertiup
tidak seperti biasanya. Bersama kita
seseorang lelaki yang salah sehingga
karenanya angin ini bertiup dengan
kencang. Kita akan melakukan
undian pada semua awak.
Barangsiapa yang namanya keluar
kami akan membuangnya ke lautan."
Nabi Yunus mengetahui bahwa ini
adalah tradisi dari tradisi-tradisi
yang biasa dilakukan oleh awak
perahu jika mereka menghadapi
angin yang keras. Tetapi saat itu
beliau terpaksa harus meng-ikutinya.
Episode penderitaan Nabi Yunus
akan dimulai. Beliau adalah seorang
Nabi yang mulia tetapi harus tunduk
pada hukum ala berhala yang
menganggap bahwa lautan
mempunyai tuhan. Dengan
kepercayaan itu, mereka meyakini
bahwa bertiupnya angin yang
kencang akibat murka dari tuhan.
Oleh karena itu, harus diadakan
upaya untuk menenangkan dan
memuaskan tuhan-tuhan yang
mereka yakini itu. Nabi Yunus pun
terpaksa mengikuti undian itu. Nama
beliau dimasukkan bersama dengan
nama penumpang lainya, dan
dilakukanlah undian. Yang keluar
justru namanya. Lalu diadakan
undian yang kedua, dan kali ini pun
yang keluar nama Nabi Yunus.
Akhirnya, diadakan undian yang
ketiga. Lagi-lagi yang keluar nama
Nabi Yunus. Kemudian ditetapkan
bahwa Nabi Yunus harus dibuang ke
lautan. Saat itu para awak
penumpang memperhatikan Nabi
Yunus. Nabi Yunus mengetahui
bahwa beliau berbuat kesalahan
ketika meninggalkan kaumnya dalam
keadaan marah. Nabi Yunus mengira
bahwa Allah SWT tidak akan
menurunkan hukuman padanya.
Namun ia dianggap salah karena
meninggalkan kaumnya tanpa izin-
Nya. Allah SWT memberikan
pelajaran kepadanya.
Nabi Yunus berdiri di samping
perahu dan melihat lautan yang
dipenuhi dengan ombak yang
mengerikan. Dunia saat itu gelap dan
di sana tidak ada cahaya bulan.
Bintang-bintang bersembunyi di
balik kegelapan. Warna air tampak
gelap dan hawa dingin menembus
tulang. Alhasil, air menutupi segala
sesuatu. Kemudian nahkoda perahu
berteriak: "Lompatlah wahai musafir
yang misterius." Tiupan angin
semakin kencang. Nabi Yunus
berusaha menjaga keseimbangannya,
dan beliau menampakkan
keberaniannya saat ingin terjun ke
lautan. Nabi Yunus pun terjun dan
berada di permukaan lautan laksana
sampang yang mengambang. Ikan
paus berada di depannya. Ikan itu
mulai tersenyum karena Allah SWT
telah mengirim padanya makanan
malam. Kemudian ikan itu
menangkap Nabi Yunus di tengah-
tengah ombak. Kemudian ikan itu
kembali ke dasar lautan. Ikan itu
kembali dalam keadaaan puas
setelah memenuhi perutnya.
Nabi Yunus sangat terkejut ketika
mendapati dirinya dalam perut ikan.
Ikan itu membawanya ke dasar
lautan dan lautan membawanya ke
kegelapan malam. Tiga kegelapan:
kegelapan di dalam perut ikan,
kegelapan di dasar lautan, dan
kegelapan malam. Nabi Yunus
merasakan bahwa dirinya telah mati.
Beliau mencoba menggerakan panca
inderanya dan anggota tubuhnya
masih bergerak. Kalau begitu, beliau
masih hidup. Beliau terpenjara
dalam tiga kegelapan.
Yunus mulai menangis dan bertasbih
kepada Allah. Beliau mulai
melakukan perjalanan menuju Allah
saat beliau terpenjara di dalam tiga
kegelapan. Hatinya mulai bergerak
untuk bertasbih kepada Allah, dan
lisannya pun mulai mengikutinya.
Beliau mengatakan: "Tiada Tuhan
selain Engkau ya Allah. Wahai Yang
Maha Suci. Sesungguhnya aku
termasuk orang yang menganiaya
diri sendiri." (QS. Hud: 87)
Ketika terpenjara di perut ikan,
beliau tetap bertasbih kepada Allah
SWT. Ikan itu sendiri tampak
kelelahan saat harus berenang cukup
jauh. Kemudian ikan itu tertidur di
dasar lautan. Sementara itu, Nabi
Yunus masih bertasbih kepada Allah
SWT. Beliau tidak henti-hentinya
bertasbih dan tidak henti-hentinya
menangis. Beliau tidak makan, tidak
minum, dan tidak bergerak. Beliau
berpuasa dan berbuka dengan
tasbih. Ikan-ikan yang lain dan
tumbuh-tumbuhan dan semua
makhluk yang hidup di dasar lautan
mendengar tasbih Nabi Yunus .
Tasbih itu berasal dari perut ikan
paus ini. Kemudian semua makhluk-
makhluk itu berkumpul di sekitar
ikan paus itu dan mereka pun ikut
bertasbih kepada Allah SWT. Setiap
dari mereka bertasbih dengan
caranya dan bahasanya sendiri.
Ikan paus yang memakan Nabi Yunus
itu terbangun dan mendengar suara-
suara tasbih begitu riuh dan
gemuruh. Ia menyaksikan di dasar
lautan terjadi suatu perayaan besar
yang dihadiri oleh ikan-ikan dan
hewan-hewan lainya, bahkan batu-
batuan dan pasir semuanya bertasbih
kepada Allah SWT dan ia pun tidak
ketinggalan ikut serta bersama
mereka bertasbih kepada Allah SWT.
Dan ia mulai menyadari bahwa ia
sedang menelan seorang Nabi. Ikan
paus itu merasakan ketakutan tetapi
ia berkata dalam dirinya mengapa
aku takut? Bukankah Allah SWT yang
memerintahkan aku untuk
memakannya. Nabi Yunus tetap
tinggal di perut ikan selama
beberapa waktu yang kita tidak
mengetahui batasannya. Selama itu
juga beliau selalu memenuhi hatinya
dengan bertasbih kepada Allah SWT
dan selalu menampakkan penyesalan
dan menangis: "Tiada Tuhan selain
Engkau ya Allah Yang Maha Suci.
Sesungguhnya aku termasuk orang
yang menganiaya diri sendiri." Allah
SWT melihat ketulusan taubat Nabi
Yunus. Allah SWT mendengar
tasbihnya di dalam perut ikan.
Kemudian Allah SWT menurunkan
perintah kepada ikan itu agar
mengeluarkan Yunus ke permukaan
laut dan membuangnya di suatu
pulau yang ditentukan oleh Allah
SWT.
Ikan itu pun menaati perintah Ilahi.
Tubuh Nabi Yunus merasakan
kepanasan di perut ikan. Beliau
tampak sakit, lalu matahari bersinar
dan menyentuh badannya yang
kepanasan itu. Beliau berteriak
karena tidak kuatnya menahan rasa
sakit namun beliau mampu menahan
diri dan kembali bertasbih.
Kemudian Allah SWT menumbuhkan
pohon Yaqthin, yaitu pohon yang
daun-daunnya lebar yang dapat
melindungi dari sinar matahari. Dan
Allah SWT menyembuhkannya dan
mengampuninya. Allah SWT
memberitahunya bahwa kalau bukan
karena tasbih yang diucapkannya
niscaya ia akan tetap tinggal di perut
ikan sampai hari kiamat.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Yunus beriar-benar
salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika
ia lari ke kapal yang penuh muatan,
kemudian ia ikut berundi lalu dia
termasuk orang-orang yang kalah
dalam undian. Maka ia ditelan oleh
ihan besar dalam keadaan tercela.
Maka kalau sekiranya ia tidak
termasuk orang-orang yang banyak
mengingat Allah, niscaya ia akan
tetap tinggal di perut ikan itu sampai
hari berbangkit. Kemudian Kami
lemparkan dia ke daerah yang
tandus, sedang ia dalam keadaan
sakit. Dan kami tumbuhkan untuk
dia sebatang pohon dari jenis labu.
Dan Kami utus dia kepada seratus
orang atau lebih. Lalu mereka
beriman, karena itu Kami
anugerahkan kenikmatan hidup
kepada mereka hingga waktu yang
tertentu." (QS. ash-Shaffat: 139-148)
"Dan (ingatlah kisah) Dzunnun
(Yunus), ketika ia pergi dalam
keadaan marah, lalu mereka
menyangka bahwa Kami tidak akan
mempersempitnya
(menyulitkannya), maka ia menyeru
dalam keadaan yang sangat gelap:
'Bahwa tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Engkau.
Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku
adalah orang-orang yang lalim.'
Maka Kami telah memperkenankan
doanya dan menyelamatkannya dari
kedukaan. Dan demikianlah Kami
selamatkan orang-orang yang
beriman." (QS. al-Anbiya': 87-88)
Kita sekarang ingin membahas
masalah yang menurut ulama
disebut sebagai dosa Nabi Yunus.
Apakah Nabi Yunus melakukan suatu
dosa dalam pengertian yang hakiki,
dan apakah para nabi memang
berdosa? Jawabannya adalah: Para
nabi adalah orang-orang yang
maksum tetapi kemaksuman ini tidak
berarti bahwa mereka tidak
melakukan sesuatu yang menurut
Allah SWT itu pantas mendapatkan
celaan (hukuman). Jadi masalahnya
agak relatif. Menurut orang-orang
yang dekat dengan Allah SWT:
Kebaikkan orang-orang yang baik
dianggap keburukaan bagi al-
Muqarrabin (orang-orang yang
dekat dengan Allah SWT). Ini
memang benar. Sekarang, marilah
kita amati kasus Nabi Yunus. Beliau
meninggalkan desanya yang banyak
dipenuhi oleh orang-orang vang
menentang. Seandainya ini
dilakukan oleh orang biasa atau oleh
orang yang saleh selain Nabi Yunus
maka hal itu merupakan suatu
kebaikan dan karenanya ia diberi
pahala. Sebab, ia berusaha
menyelamatkan agamanya dari kaum
yang durhaka. Tetapi Nabi Yunus
adalah seorang Nabi yang diutus oleh
Allah SWT kepada mereka.
Seharusnya ia menyampaikan
dakwah di jalan Allah SWT dan ia
tidak peduli dengan hasil dakwahnya.
Tugas beliau hanya sekadar
menyampaikan agama. Keluarnya
beliau dari desa itu— dalam
kacamata para nabi—adalah hal
yang mengharuskan datangnya
pelajaran dari Allah SWT dan
hukuman-Nya padanya.
Allah SWT memberikan suatu
pelajaran kepada Yunus dalam hal
dakwah di jalan-Nya. Allah SWT
mengutusnya hanya untuk
berdakwah. Inilah batasan
dakwahnya dan beliau tidak perlu
peduli dengan kaumnya yang tidak
mengikutinya dan karena itu beliau
tidak harus menjadi sedih dan
marah. Nabi Luth tetap tinggal di
kaumnya meskipun selama bertahun-
tahun berdakwah beliau tidak
mendapati seorang pun beriman.
Meskipun demikan, Nabi Luth tidak
meninggalkan mereka. Ia tidak lari
dari keluarganya dan dari desanya.
Beliau tetap berdakwah di jalan
Allah SWT sehingga datang perintah
Allah SWT melalui para malaikat-Nya
yang mengizinkan beliau untuk
pergi. Saat itulah beliau pergi.
Seandainya beliau pergi sebelumnya
niscaya beliau akan mendapatkan
siksaan seperti yang diterima oleh
Nabi Yunus. Jadi, Nabi Yunus keluar
tanpa izin. Lalu perhatikan apa yang
terjadi pada kaumnya. Mereka telah
beriman setelah keluamya Nabi
Yunus. Allah SWT berfirman:
"Dan mengapa tidak ada penduduk
suatu kota yang beriman, lalu
imannya itu bermanfaat kepadanya
selain kaum Yunus? Tatkala mereka
(kaum Yunus itu) beriman, Kami
hilangkan dari mereka azab yang
menghinakan dalam kehidupan
dunia, dan Kami beri kesenangan
kepada mereka sampai waktu yang
tertentu." (QS. Yunus: 98)
Demikianlah, desa Nabi Yunus
beriman. Seandainya ia tetap tinggal
bersama mereka niscaya ia akan
mengetahuinya dan hatinya menjadi
tenang serta kemarahannya akan
menjadi hilang. Tampaknya beliau
tergesa-gesa dan tentu sikap tergesa-
gesa ini berangkat dari keinginannya
agar manusia beriman. Usaha Nabi
Yunus untuk meninggalkan mereka
adalah sebagai ungkapan
kebenciannya kepada mereka atas
ketidakimanan mereka. Maka Allah
SWT menghukumnya dan
mengajarinya bahwa tugas seorang
nabi hanya menyampaikan agama.
Seorang nabi tidak dibebani urusan
keimanan manusia; seorang nabi
tidak bertanggung jawab atas
pengingkaran manusia; dan seorang
nabi tidak dapat memberikan
hidayah (petunjuk) kepada mereka.
sekian dari kisah Nabi Yunus AS
semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates