Selasa, 08 Januari 2013

Kerajaan Gowa dan Tallo

Di Sulawesi Selatan pada abad 16
terdapat beberapa kerajaan di antaranya
Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo dan
Sidenreng.
Masing-masing kerajaan tersebut
membentuk persekutuan sesuai dengan
pilihan masing-masing.
Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan
Tallo membentuk persekutuan pada
tahun 1528, sehingga melahirkan suatu
kerajaan yang lebih dikenal dengan
sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar
sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan
Gowa dan sekarang masih digunakan
sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi
Selatan.
Secara geografis daerah Sulawesi Selatan
memiliki posisi yang sangat strategis,
karena berada di jalur pelayaran
(perdagangan Nusantara). Bahkan daerah
Makasar menjadi pusat persinggahan para
pedagang baik yang berasal dari Indonesia
bagian Timur maupun yang berasal dari
Indonesia bagian Barat.
Dengan posisi strategis tersebut maka
kerajaan Makasar berkembang menjadi
kerajaan besar dan berkuasa atas jalur
perdagangan Nusantara.
Kehidupan Politik
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan
dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato’ Ri
Bandang dari Sumatera, sehingga pada
abad 17 agama Islam berkembang pesat
di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar
pun memeluk agama Islam.
Raja Makasar yang pertama memeluk
agama Islam adalah Karaeng Ma’towaya
Tumamenanga Ri Agamanna (Raja Gowa)
yang bergelar Sultan Alaudin yang
memerintah Makasar tahun 1591 – 1638
dan dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja
Tallo) bergelar Sultan Abdullah. Sejak
pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan
Makasar berkembang sebagai kerajaan
maritim dan berkembang pesat pada
masa pemerintahan raja Muhammad Said
(1639 – 1653).
Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai
puncak kebesarannya pada masa
pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 –
1669). Pada masa pemerintahannya
Makasar berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya yaitu dengan menguasai
daerah-daerah yang subur serta daerah-
daerah yang dapat menunjang keperluan
perdagangan Makasar. Ia berhasil
menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan
Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut
sampai ke Nusa Tenggara Barat.
Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh
jalur perdagangan di Indonesia Timur
dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin
terkenal sebagai raja yang sangat anti
kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia
menentang kehadiran dan monopoli yang
dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa
di Ambon. Untuk itu hubungan antara
Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia
Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya
kerajaan Makasar. Dengan kondisi
tersebut maka timbul pertentangan
antara Sultan Hasannudin dengan VOC,
bahkan menyebabkan terjadinya
peperangan. Peperangan tersebut terjadi
di daerah Maluku.
Dalam peperangan melawan VOC, Sultan
Hasannudin memimpin sendiri
pasukannya untuk memporak-porandakan
pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya
kedudukan Belanda semakin terdesak.
Atas keberanian Sultan Hasannudin
tersebut maka Belanda memberikan
julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari
Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri
peperangan dengan Makasar yaitu dengan
melakukan politik adu-domba antara
Makasar dengan kerajaan Bone (daerah
kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru
Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar
mengadakan persetujuan kepada VOC
untuk melepaskan diri dari kekuasaan
Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka
bersekutu dengan VOC untuk
menghancurkan Makasar.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya
Belanda dapat menguasai ibukota
kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa
kerajaan Makasar harus mengakui
kekalahannya dan menandatangai
perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya
tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.
Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
a. VOC memperoleh hak monopoli
perdagangan di Makasar.
b. Belanda dapat mendirikan benteng di
Makasar.
c. Makasar harus melepaskan daerah-
daerah jajahannya seperti Bone dan
pulau-pulau di luar Makasar.
d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi
perlawanan Makasar terhadap Belanda
tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari
Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba
(putra Hasannudin) meneruskan
perlawanan melawan Belanda.
Untuk menghadapi perlawanan rakyat
Makasar, Belanda mengerahkan
pasukannya secara besar-besaran.
Akhirnya Belanda dapat menguasai
sepenuhnya kerajaan Makasar, dan
Makasar mengalami kehancurannya.
Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Makasar merupakan kerajaan
Maritim dan berkembang sebagai pusat
perdagangan di Indonesia bagian Timur.
Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :
• letak yang strategis,
• memiliki pelabuhan yang baik
• jatuhnya Malaka ke tangan Portugis
tahun 1511 yang menyebabkan banyak
pedagang-pedagang yang pindah ke
Indonesia Timur.
Sebagai pusat perdagangan Makasar
berkembang sebagai pelabuhan
internasional dan banyak disinggahi oleh
pedagang-pedagang asing seperti
Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya
yang datang untuk berdagang di Makasar.
Pelayaran dan perdagangan di Makasar
diatur berdasarkan hukum niaga yang
disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING
BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan
adanya hukum niaga tersebut, maka
perdagangan di Makasar menjadi teratur
dan mengalami perkembangan yang
pesat.
Selain perdagangan, Makasar juga
mengembangkan kegiatan pertanian
karena Makasar juga menguasai daerah-
daerah yang subur di bagian Timur
Sulawesi Selatan.
Kehidupan Sosial Budaya
Sebagai negara Maritim, maka sebagian
besar masyarakat Makasar adalah nelayan
dan pedagang. Mereka giat berusaha
untuk meningkatkan taraf kehidupannya,
bahkan tidak jarang dari mereka yang
merantau untuk menambah kemakmuran
hidupnya.
Walaupun masyarakat Makasar memiliki
kebebasan untuk berusaha dalam
mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi
dalam kehidupannya mereka sangat
terikat dengan norma adat yang mereka
anggap sakral. Norma kehidupan
masyarakat Makasar diatur berdasarkan
adat dan agama Islam yang disebut
PANGADAKKANG. Dan masyarakat
Makasar sangat percaya terhadap norma-
norma tersebut.
Di samping norma tersebut, masyarakat
Makasar juga mengenal pelapisan sosial
yang terdiri dari lapisan atas yang
merupakan golongan bangsawan dan
keluarganya disebut dengan “Anakarung/
Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan
disebut “to Maradeka” dan masyarakat
lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya
disebut dengan golongan “Ata”.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat
Makasar banyak menghasilkan benda-
benda budaya yang berkaitan dengan
dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai
pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat
oleh orang Makasar dikenal dengan nama
Pinisi dan Lombo.
Kapal Pinisi dan Lombo merupakan
kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal
sampai mancanegara.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates