Selasa, 23 Oktober 2012

Kerajaan Tarumanegara

Tarumanagara atau Kerajaan
Taruma adalah sebuah
kerajaan yang pernah
berkuasa di wilayah barat
pulau Jawa pada abad ke-4
hingga abad ke-7 M. Taruma
merupakan salah satu
kerajaan tertua di Nusantara
yang meninggalkan catatan
sejarah. Dalam catatan
sejarah dan peninggalan
artefak di sekitar lokasi
kerajaan, terlihat bahwa
pada saat itu Kerajaan
Taruma adalah kerajaan
Hindu beraliran Wisnu.
A. RAJA-RAJA DI KERAJAAN
TARUMANEGARA
Tarumanagara sendiri hanya
mengalami masa
pemerintahan 12 orang raja.
Pada tahun 669,
Linggawarman, raja
Tarumanagara terakhir,
digantikan menantunya,
Tarusbawa. Linggawarman
sendiri mempunyai dua
orang puteri, yang sulung
bernama Manasih menjadi
istri Tarusbawa dari Sunda
dan yang kedua bernama
Sobakancana menjadi isteri
Dapuntahyang Sri Jayanasa
pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Secara otomatis, tahta
kekuasaan Tarumanagara
jatuh kepada menantunya
dari putri sulungnya, yaitu
Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanagara
berakhir dengan beralihnya
tahta kepada Tarusbawa,
karena Tarusbawa pribadi
lebih menginginkan untuk
kembali ke kerajaannya
sendiri, yaitu Sunda yang
sebelumnya berada dalam
kekuasaan Tarumanagara.
Atas pengalihan kekuasaan ke
Sunda ini, hanya Galuh yang
tidak sepakat dan
memutuskan untuk berpisah
dari Sunda yang mewarisi
wilayah Tarumanagara.
Raja-raja Tarumanegara
1. Jayasingawarman 358-382
2. Dharmayawarman 382-395
3. Purnawarman 395-434
4. Wisnuwarman 434-455
5. Indrawarman 455-515
6. Candrawarman 515-535
7. Suryawarman 535-561
8. Kertawarman 561-628
9. Sudhawarman 628-639
10. Hariwangsawarman
639-640
11. Nagajayawarman 640-666
12. Linggawarman 666-669
B. SUMBER-SUMBER
SEJARAH
Bukti keberadaan Kerajaan
Taruma diketahui melalui
sumber-sumber yang berasal
dari dalam maupun luar
negeri. Sumber dari dalam
negeri berupa tujuh buah
prasasti batu yang ditemukan
empat di Bogor, satu di
Jakarta dan satu di Lebak
Banten. Dari prasasti-prasasti
ini diketahui bahwa kerajaan
dipimpin oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman pada tahun
358 M dan beliau
memerintah sampai tahun
382 M. Makam
Rajadirajaguru
Jayasingawarman ada di
sekitar sungai Gomati
(wilayah Bekasi). Kerajaan
Tarumanegara ialah
kelanjutan dari Kerajaan
Salakanagara.
Sedangkan sumber-sumber
dari luar negeri yang berasal
dari berita Tiongkok antara
lain:
Berita Fa-Hsien, tahun 414 M
dalam bukunya yang
berjudul Fa-Kao-Chi
menceritakan bahwa di Ye-
po-ti hanya sedikit dijumpai
orang-orang yang beragama
Buddha, yang banyak adalah
orang-orang yang beragama
Hindu dan sebagian masih
animisme.
Berita Dinasti Sui,
menceritakan bahwa tahun
528 dan 535 telah datang
utusan dari To- lo-mo yang
terletak di sebelah selatan.
Berita Dinasti Tang, juga
menceritakan bahwa tahun
666 dan 669 telah datang
utusaan dari To-lo-mo.
Dari tiga berita di atas para
ahli menyimpulkan bahwa
istilah To-lo-mo secara
fonetis penyesuaian kata-
katanya sama dengan
Tarumanegara.
Maka berdasarkan sumber-
sumber yang telah dijelaskan
sebelumnya maka dapat
diketahui beberapa aspek
kehidupan tentang kerajaan
Tarumanegara.
Kerajaan Tarumanegara
diperkirakan berkembang
antara tahun 400-600 M.
Berdasarkan prasast-prasati
tersebut diketahui raja yang
memerintah pada waktu itu
adalah Purnawarman.
Wilayah kekuasaan
Purnawarman menurut
prasasti Tugu, meliputi
hampir seluruh Jawa Barat
yang membentang dari
Banten, Jakarta, Bogor dan
Cirebon.
C. PRASASTI-PRASASTI
KERAJAAN TARUMANEGARA
1. Prasasti Ciaruteun
Salinan gambar prasasti
Ciaruteun dari buku The
Sunda Kingdom of West Java
From Tarumanagara to
Pakuan Pajajaran with the
Royal Center of Bogor.
Prasasti Ciaruteun atau
prasasti Ciampea ditemukan
ditepi sungai Ciarunteun,
dekat muara sungai Cisadane
Bogor prasasti tersebut
menggunakan huruf Pallawa
dan bahasa Sansekerta yang
terdiri dari 4 baris disusun
ke dalam bentuk Sloka
dengan metrum Anustubh. Di
samping itu terdapat lukisan
semacam laba-laba serta
sepasang telapak kaki Raja
Purnawarman.
Gambar telapak kaki pada
prasasti Ciarunteun
mempunyai 2 arti yaitu:
Cap telapak kaki
melambangkan kekuasaan
raja atas daerah tersebut
(tempat ditemukannya
prasasti tersebut).
Cap telapak kaki
melambangkan kekuasaan
dan eksistensi seseorang
(biasanya penguasa)
sekaligus penghormatan
sebagai dewa. Hal ini berarti
menegaskan kedudukan
Purnawarman yang
diibaratkan dewa Wisnu
maka dianggap sebagai
penguasa sekaligus pelindung
rakyat
2. Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau prasasti
Pasir Koleangkak, ditemukan
di bukit Koleangkak di
perkebunan jambu, sekitar
30 km sebelah barat Bogor,
prasasti ini juga
menggunakan bahwa
Sansekerta dan huruf Pallawa
serta terdapat gambar
telapak kaki yang isinya
memuji pemerintahan raja
Mulawarman.
3. Prasasti Kebonkopi
Prasasti Kebonkopi
ditemukan di kampung
Muara Hilir kecamatan
Cibungbulang Bogor . Yang
menarik dari prasasti ini
adalah adanya lukisan tapak
kaki gajah, yang disamakan
dengan tapak kaki gajah
Airawata, yaitu gajah
tunggangan dewa Wisnu.
4. Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten,
ditemukan di Bogor, tertulis
dalam aksara ikal yang
belum dapat dibaca. Di
samping tulisan terdapat
lukisan telapak kaki.
5. Prasasti Pasir awi
Prasasti Pasir Awi ditemukan
di daerah Leuwiliang, juga
tertulis dalam aksara ikal
yang belum dapat dibaca.
6. Prasasti Cidanghiyang
Prasasti Cidanghiyang atau
prasasti Lebak, ditemukan di
kampung lebak di tepi sungai
Cidanghiang, kecamatan
Munjul kabupaten
Pandeglang Banten. Prasasti
ini baru ditemukan tahun
1947 dan berisi 2 baris
kalimat berbentuk puisi
dengan huruf Pallawa dan
bahasa Sansekerta. Isi
prasasti tersebut
mengagungkan keberanian
raja Purnawarman.
7. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu di Museum
Nasional. Prasasti Tugu di
temukan di daerah Tugu,
kecamatan Cilincing Jakarta
Utara. Prasasti ini dipahatkan
pada sebuah batu bulat
panjang melingkar dan isinya
paling panjang dibanding
dengan prasasti
Tarumanegara yang lain,
sehingga ada beberapa hal
yang dapat diketahui dari
prasasti tersebut.
Hal-hal yang dapat diketahui
dari prasasti Tugu adalah:
Prasasti Tugu menyebutkan
nama dua buah sungai yang
terkenal di Punjab yaitu
sungai Chandrabaga dan
Gomati. Dengan adanya
keterangan dua buah sungai
tersebut menimbulkan
tafsiran dari para sarjana
salah satunya menurut
Poerbatjaraka. Sehingga
secara Etimologi (ilmu yang
mempelajari tentang istilah)
sungai Chandrabaga diartikan
sebagai kali Bekasi.
Prasasti Tugu juga
menyebutkan anasir
penanggalan walaupun tidak
lengkap dengan angka
tahunnya yang disebutkan
adalah bulan phalguna dan
caitra yang diduga sama
dengan bulan Februari dan
April.
Prasasti Tugu yang
menyebutkan
dilaksanakannya upacara
selamatan oleh Brahmana
disertai dengan seribu ekor
sapi yang dihadiahkan raja.
D. KEHIDUPAN KERAJAAN
TARUMANEGARA
KEHIDUPAN POLITIK
Berdasarkan tulisan-tulisan
yang terdapat pada prasasti
diketahui bahwa raja yang
pernah memerintah di
tarumanegara hanyalah raja
purnawarman. Raja
purnawarman adalah raja
besar yang telah berhasil
meningkatkan kehidupan
rakyatnya. Hal ini dibuktikan
dari prasasti tugu yang
menyatakan raja
purnawarman telah
memerintah untuk menggali
sebuah kali. Penggalian
sebuah kali ini sangat besar
artinya, karena pembuatan
kali ini merupakan
pembuatan saluran irigasi
untuk memperlancar
pengairan sawah-sawah
pertanian rakyat.
KEHIDUPAN SOSIAL
Kehidupan social kerajaan
tarumanegara sudah teratur
rapi, hal ini terlihat dari
upaya raja purnawarman
yang terus berusaha untuk
meningkatkan kesejahteraan
kehidupan rakyatnya. Raja
purnawarman juga sangat
memperhatikan kedudukan
kaum brahmana yang
dianggap penting dalam
melaksanakan setiap upacara
korban yang dilaksanakan di
kerajaan sebagai tanda
penghormatan kepada para
dewa.
KEHIDUPAN EKONOMI
Prasasti tugu menyatakan
bahwavraja purnawarman
memerintahkan rakyatnya
untuk membuat sebuah
terusan sepanjang 6122
tombak. Pembangunan
terusan ini mempunyai arti
ekonomis yang besar nagi
masyarakat, Karena dapat
dipergunakan sebagai sarana
untuk mencegah banjir serta
sarana lalu-lintas pelayaran
perdagangan antardaerah di
kerajaan tarumanegara
denagn dunia luar. Juga
perdagangan dengan daera-
daerah di sekitarnya.
Akibatnya, kehidupan
perekonomian masyarakat
kerajaan tarumanegara
sudah berjalan teratur.
KEHIDUPAN BUDAYA
Dilihat dari teknik dan cara
penulisan huruf-huruf dari
prasasti-prasasti yang
ditemukan sebagai bukti
kebesaran kerjaan
tarumanegara, dapat
diketahui bahwa tingkat
kebudayaan masyarakat pada
saat itu sudah tinggi. Selain
sebagai peninggalan budaya,
keberadaan prasasti-prasasti
tersebut menunjukkan telah
berkembangnya kebudayaan
tulis menulis di kerajaan
tarumanegara.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates