Selasa, 23 Oktober 2012

Kerajaan Singasari

Sejarah Kerajaan Singasari berawal
dari Kerajaan Tumapel, yang dikuasai
oleh seorang akuwu (bupati).
Letaknya di daerah pegunungan
yang subur di wilayah Malang
dengan pelabuhannya bernama
Pasuruan. Dari daerah inilah
Kerajaan Singasari berkembang dan
bahkan menjadi sebuah kerajaan
besar di Jawa Timur, terutama
setelah berhasil mengalahkan
Kerajaan Kediri dalam pertempuran
di dekat Ganter tahun 1222 M.
a. Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah Kerajaan
Singasari berasal dari:
• Kitab Pararaton, menceritakan
tentang raja-raja Singasari.
• Kitab Negarakertagama, berisi
silsilah raja-raja Majapahit yang
memiliki hubungan erat dengan raja-
raja Singasari.
• Prasasti-prasasti sesudah tahun
1248 M.
b. Kehidupan Politik
Kerajaan Singasari yang pemah
mengalami kejayaan dalam perkem-
bangan sejarah Hindu di Indonesia
pernah diperintah oleh raja-raja
sebagai berikut.
Raja Ken Arok Setelah
kemenangannya dalam pertempuran
melawan Kerajaan Kediri, Ken Arok
memutuskan untuk membuat
dinasti Bhattara serta membangun
kerajaan baru dengan nama Kerajaan
Singasari.
Ken Arok sebagai raja pertama
Kerajaan Singasari bergelar Sri
Ranggah Rajasa Bhatara Sang
Amurwabhumi dan dinastinya
bernama Dinasti Girindrawangsa
(Dinasti Keturunan Siwa). Pendirian
dinasti ini bertujuan menghilangkan
jejak tentang siapa sebenarnya Ken
Arok dan mengapa ia berhasil
mendirikan kerajaan. Di samping itu,
agar keturunan-keturunan Ken Arok
(bila suatu saat menjadi raja besar)
tidak ternoda oleh perilaku dan
tindakan kejahatan yang pemah
dilakukan oleh Ken Arok. Raja Ken
Arok memerintah pada tahun
1222-1227 M. Masa pemerintahan
Ken Arok diakhiri secara tragis, saat
ia dibunuh oleh kaki tangan
Anusapati, yang merupakan anak
tirinya (anak Ken Dedes dengan
suami pertamanya Tunggul
Ametung).
Raja Anusapati Dengan meninggalnya
Ken Arok, tahta Kerajaan Singasari
langsung dipegang oleh Anusapati.
Dalam jangka waktu pemerintahan
yang cukup lama itu (1227-1248 M),
Anusapati tidak melakukan
pembaruan-pembaruan, karena
Anusapati larut dengan
kegemarannya sendiri, yaitu
menyabung ayam.
Peristiwa kematian Ken Arok
akhirnya terbongkar dan sampai
kepada putra Ken Arok dengan Ken
Umang yang bernama Tohjaya.
Tohjaya mengetahui bahwa
Anusapati suka menyabung ayam,
karena itu Anusapati diundang untuk
menyabung ayam di Gedong Jiwa
(tempat kediaman Tohjaya). Saat
Anusapati sedang asyik melihat
aduan ayamnya, secara tiba-tiba
Tohjaya mencabut keris Empu
Gandring yang dibawa Anusapati dan
langsung menusukkan ke punggung
Anusapati hingga ia meninggal.
Raja Tohjaya Dengan meninggalnya
Anusapati, tahta kerajaan dipegang
oleh Tohjaya. Tohjaya memerintah
Kerajaan Singasari hanya beberapa
bulan saja (1248 M), karena putra
Anusapati yang bernama Ranggawuni
mengetahui perihal kematian
Anusapati. Ranggawuni yang dibantu
oleh Mahesa Cempaka menuntut
hak atas tahta kerajaan kepada
Tohjaya. Tetapi Tohjaya mengirim
pasukannya untuk menangkap
Ranggawuni dan Mahesa Cempaka.
Rencana Tohjaya telah diketahui
oleh Ranggawuni dan Mahesa
Cempaka, sehingga keduanya
melarikan diri sebelum pasukan
Tohjaya menangkap mereka.
Untuk menyelidiki persembunyian
Ranggawuni dan Mahesa Cempaka,
Tohjaya mengirim pasukan di bawah
pimpinan Lembu Ampal. Namun,
Lembu Ampal akhirnya menyadari
bahwa yang berhak atas tahta
kerajaan ternyata Ranggawuni, maka
ia berbalik memihak Ranggawuni dan
Mahesa Cempaka. Ranggawuni yang
dibantu Mahesa Cempaka dan
Lembu Ampal berhasil merebut
tahta kerajaan dari tangan Tohjaya.
Selanjutnya Ranggawuni menduduki
tahta Kerajaan Singasari.
Raja Wisnuwardhana Ranggawuni
naik tahta atas Kerajaan Singasari
dengan gelar Sri JayaWisnuwardhana
dibantu oleh Mahesa Cempaka
dengan gelar Narasinghamurti.
Mereka memerintah bersama
Kerajaan Singasari (1248-1268 M).
Wisnuwardhana sebagai raja,
Narasinghamurti sebagai Ratu
Angabhaya. Pemerintahan kedua
penguasa tersebut membawa
keamanan dan kesejahteraan. Pada
tahun 1254 M, Wisnuwardhana
mengangkat putranya sebagai
Yuvaraja (raja muda) dengan maksud
untuk mempersiapkan putranya
yang bernama Kertanegara menjadi
seorang raja besar di Kerajaan
Singasari. Setelah Wisnuwardhana
meninggal dunia (dialah satu-
satunya raja yang meninggal tidak
terbunuh di Kerajaan Singasari),
tahta Kerajaan Singasari beralih
kepada Kertanegara.
Raja Kertanegara Raja Kertanegara
(1268-1292 M) merupakan raja
terkemuka dan raja terakhir dari
Kerajaan Singasari. Di bawah
pemerintahannya, Kerajaan Singasari
mencapai masa kejayaannya.
Stabilitas kerajaan yang diwujudkan
pada masa pemerintahan Raja
Wisnuwardhana disempurnakan lagi
dengan tindakan-tindakan yang
tegas dan berani. Setelah keadaaan
Jawa Timur dianggap baik, Raja
Kertanegara melangkah ke luar Jawa
Timur untuk mewujudkan cita-cita
persatuan seluruh Nusantara di
bawah panji Kerajaan Singasari.
Upaya yang ditempuh Raja
Kertanegara dapat dilihat dari
pelaksanaan politik dalam dan luar
negeri.
Dalam rangka mewujudkan Stabilitas
politik Kerajaan Singasari, Raja
Kertanegara menempuh jalan
sebagai berikut.
•Mengadakan pergeseran
pembantu-pembantunya seperti
Mahapatih Raganata digantikan oleh
Aragani. Raganata diangkat menjadi
Adhiyaksa di Tumapel. Juga banyak
Wide yang berasal dari rakyat biasa
diangkat menjadi pegawai tinggi
dengan gelar Aryawiraraja dan
diangkat menjadi bupati Sumenep
(Madura).
•Berbuat baik terhadap lawan-lawan
politiknya, yaitu dengan mengangkat
putra Jayakatwang raja Kadiri yang
bernama Ardharaja diambil jadi
manantu. Serta Raden Wijaya selaku
cucu Mahesa Campaka dijadikan
menantu pula.
•Memperkuat angkatan perang
untuk menciptkan keamanan dan
ketertiban didalam negeri dan
mewujudkan persatuan nusantara

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates